Selasa, 04 Januari 2011

TENGOK PANTUN DULU YA!


Cina gemuk membuka kedai
Menjual ember dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan air susu

Pisang emas bawa berlayar
Masak sebiji di dalam peti
Mahal emas dapat di bayar
Utang budi pikir sendiri

Kalau ada lebih harta
Bolehlah hamba menumpang makan
Kalau ada salah kata
Sudilah tuan tuk memaafkan

Tumbuh melata si pokok tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta tak ada ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Asam hadis gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Kucing haus tercengang
Melihat ikan di atas meja
Jika ingin hidup senang
Mulai sekarang rajinlah bekerja

Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati

Buah  semangka di belah dua
Bunga cempaka jatuh di sumur
Barang siapa suka berdusta
Akan celaka sepanjang umur

Rawa Mangun jalan berliku
Penuh onak makanan  badak
Galak tersenyum rupa kakekku
Melihat nenek duduk berbedak


   By. Santri Mahadewi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

Selasa, 04 Januari 2011

TENGOK PANTUN DULU YA!


Cina gemuk membuka kedai
Menjual ember dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan air susu

Pisang emas bawa berlayar
Masak sebiji di dalam peti
Mahal emas dapat di bayar
Utang budi pikir sendiri

Kalau ada lebih harta
Bolehlah hamba menumpang makan
Kalau ada salah kata
Sudilah tuan tuk memaafkan

Tumbuh melata si pokok tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta tak ada ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Asam hadis gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Kucing haus tercengang
Melihat ikan di atas meja
Jika ingin hidup senang
Mulai sekarang rajinlah bekerja

Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati

Buah  semangka di belah dua
Bunga cempaka jatuh di sumur
Barang siapa suka berdusta
Akan celaka sepanjang umur

Rawa Mangun jalan berliku
Penuh onak makanan  badak
Galak tersenyum rupa kakekku
Melihat nenek duduk berbedak


   By. Santri Mahadewi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar