Senin, 03 Januari 2011

Tajuk Rencana: Tulisan Akhir Tahun


Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Menyedihkan lagi, proses reformasi yang telah digembor-gemborkan itu diimplementasikan dalam bentuk praktik yang sarat dengan dengan pembusukan. Seperti dari bidang politik, kesan yang dirasakan publik selama ini, hukum belum mampu memberikan rasa keadilan kepada “wong cilik”.
Hukum yang ada saat ini hanya untuk memenuhi tuntutan legal-formal, tanpa menyentuh rasa keadilan. Mereka yang berkantong tebal bisa demikian gampang “berselingkuh” melalui harta dan kekuasaannya untuk melicinkan jalan menuju drama pengadilan yang ber-ending tragis dan memilukan buat orang semacam Mbah Minah dengan tragedi kakao-nya, Kang Kholil dengan semangkanya, atau Yu Manisih dan Suratmi dengan kapuk randunya.
Sungguh kontras dengan arogansi Anggodo (melalui rekaman yang diputar di Mahkamah Konstitusi) yang diduga telah melakukan skenario busuk dengan melibatkan aparat penegak hukum untuk “berkongkalingkong” demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hukum, justru hingga kini makin tak jelas rimbanya.
Tidak hanya dari bidang politik, ekonomi pun tak luput dari proses pembusukan. Maraknya korupsi yang menggurita di berbagai lapisan dan jajaran birokrasi, telah membuat nasib hidup “wong cilik” yang sudah terjebak dalam lubang kemiskinan kian tergencet dalam kubangan derita dan nestapa.
Situasi korup seperti itu, justru ada upaya rekayasa untuk melumpuhkan peran KPK yang selama ini dikenal “galak” dalam memburu sarang koruptor. Selanjutnya kasus Bank Century yang tak kunjung selesai, dengan alasan berkelit kata, akhirnya tidak menemukan siapa pelaku dari akal busuk tersebut, masyarakat hanya dikelabui oleh janji manis semata.
Kemudian, dari segi pendidikan yang dinilai belum berhasil memanusiakan secara utuh, persoalan tersebut bertumpu pada ujian nasional (UN), sertifikasi guru, atau UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Ujian nasional yang seharusnya mampu menjadi tolok ukur dan standarisasi mutu pendidikan nasional, justru tereduksi oleh praktik-praktik kecurangan yang terus terjadi setiap tahun. UN tidak lagi sebagai budaya untuk mengapresiasikan sebagai proses atau etos kerja  keras dalam meraih sukses, yang ada hanyalah jalan pintas dan mudah meraih impian.
Selain itu, seritifikasi guru juga tidak berimbas pada kemajuan pendidikan. Hanya dengan tunjangan profesi dianggap sebagai ‘berkah’ dan sesuai dengan tuntutan serta dinamika zaman, sehingga belum diimbangi dengan etos kerja yang andal. Disisi lain, hal ini juga berakibat pada kecemburuan social di kalangan internal. Akibatnya etos kerja semakin melemah.
Persoalan-persoalan yang muncul saat ini bukanlah kejadian yang terjadi sejak awal hingga penghujung tahun 2010, namun masih menyisakan Tanya dan haru bagi kita bahwa ranah hokum, politik, ekonomi dan pendidikan masih sangat memprihatikan. Kita masih memerlukan terobosan dan gebrakan visioner yang membuat bangsa dan negara kita beradab.
Detik-detik pergantian tahun akan tiba, momen inilah bagi kita untuk refleksi budaya untuk merumuskan langkah bagi visioner guna menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik. Pergantian tahun tentu menyisakan kenangan dan optimisme untuk perubahan-perubahan dan harapan baru. Selamat Menyambut Tahun Baru 2011. (Gd/Redaksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

Senin, 03 Januari 2011

Tajuk Rencana: Tulisan Akhir Tahun


Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Menyedihkan lagi, proses reformasi yang telah digembor-gemborkan itu diimplementasikan dalam bentuk praktik yang sarat dengan dengan pembusukan. Seperti dari bidang politik, kesan yang dirasakan publik selama ini, hukum belum mampu memberikan rasa keadilan kepada “wong cilik”.
Hukum yang ada saat ini hanya untuk memenuhi tuntutan legal-formal, tanpa menyentuh rasa keadilan. Mereka yang berkantong tebal bisa demikian gampang “berselingkuh” melalui harta dan kekuasaannya untuk melicinkan jalan menuju drama pengadilan yang ber-ending tragis dan memilukan buat orang semacam Mbah Minah dengan tragedi kakao-nya, Kang Kholil dengan semangkanya, atau Yu Manisih dan Suratmi dengan kapuk randunya.
Sungguh kontras dengan arogansi Anggodo (melalui rekaman yang diputar di Mahkamah Konstitusi) yang diduga telah melakukan skenario busuk dengan melibatkan aparat penegak hukum untuk “berkongkalingkong” demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hukum, justru hingga kini makin tak jelas rimbanya.
Tidak hanya dari bidang politik, ekonomi pun tak luput dari proses pembusukan. Maraknya korupsi yang menggurita di berbagai lapisan dan jajaran birokrasi, telah membuat nasib hidup “wong cilik” yang sudah terjebak dalam lubang kemiskinan kian tergencet dalam kubangan derita dan nestapa.
Situasi korup seperti itu, justru ada upaya rekayasa untuk melumpuhkan peran KPK yang selama ini dikenal “galak” dalam memburu sarang koruptor. Selanjutnya kasus Bank Century yang tak kunjung selesai, dengan alasan berkelit kata, akhirnya tidak menemukan siapa pelaku dari akal busuk tersebut, masyarakat hanya dikelabui oleh janji manis semata.
Kemudian, dari segi pendidikan yang dinilai belum berhasil memanusiakan secara utuh, persoalan tersebut bertumpu pada ujian nasional (UN), sertifikasi guru, atau UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Ujian nasional yang seharusnya mampu menjadi tolok ukur dan standarisasi mutu pendidikan nasional, justru tereduksi oleh praktik-praktik kecurangan yang terus terjadi setiap tahun. UN tidak lagi sebagai budaya untuk mengapresiasikan sebagai proses atau etos kerja  keras dalam meraih sukses, yang ada hanyalah jalan pintas dan mudah meraih impian.
Selain itu, seritifikasi guru juga tidak berimbas pada kemajuan pendidikan. Hanya dengan tunjangan profesi dianggap sebagai ‘berkah’ dan sesuai dengan tuntutan serta dinamika zaman, sehingga belum diimbangi dengan etos kerja yang andal. Disisi lain, hal ini juga berakibat pada kecemburuan social di kalangan internal. Akibatnya etos kerja semakin melemah.
Persoalan-persoalan yang muncul saat ini bukanlah kejadian yang terjadi sejak awal hingga penghujung tahun 2010, namun masih menyisakan Tanya dan haru bagi kita bahwa ranah hokum, politik, ekonomi dan pendidikan masih sangat memprihatikan. Kita masih memerlukan terobosan dan gebrakan visioner yang membuat bangsa dan negara kita beradab.
Detik-detik pergantian tahun akan tiba, momen inilah bagi kita untuk refleksi budaya untuk merumuskan langkah bagi visioner guna menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik. Pergantian tahun tentu menyisakan kenangan dan optimisme untuk perubahan-perubahan dan harapan baru. Selamat Menyambut Tahun Baru 2011. (Gd/Redaksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar