Rabu, 05 Januari 2011

Puisi : Ku Telusur Sepi


Ada bayang yang mengusik hari

Ada jiwa yang memanggil sunyi
Ada hati yang bertaut mimpi
Ada diri meringkuk sunyi
Namun tiada asa yang terpatri
Indah yg dulu pernah kau tawarkan
kini berevolusi menjadi mimpi buruk
.. entah..apa lagi yg mampu ku rangkai
kata tak bisa ku jadikan kalimat
kalimat tak mampu ku jadikan puisi
segalanya hancur…
imajinasi tlah enggan bersmayam dalam keheningan
yang dengan susah payah ku ciptakan
Biar, ku telusur sepi ...
By: Ajief

Selasa, 04 Januari 2011

Ketegaran Yasa dalam Kepahitan Hidup

 <div class="fullpost">
          Sepuluh bulan merantau ke Eropa tak pernah dibayangkan oleh Yasa. Dalam waktu yang singkat itu pula ia kehilangan keponakannya yang merupakan anak dari almarhum kakaknya. Anak yang sudah dianggap anaknya sendiri meninggal di usia delapan tahun karena ganasnya kanker otak. Terbersit rasa sesal dalam hatinya saat melihat anak yang selalu ia banggakan hanya tinggal abu. Pemuda tinggi berkulit putih kelahiran Poh Santen, 20 Desember 1980 itu hanya bisa menangis, menangisi kenyataan pahit dalam hidupnya. Kepergian pemilik nama lengkap I Kadek Yasa ini bekerja ke luar negeri untuk menggapai cita-citanya seakan-akan menjadi petaka.
          Sudah sejak lama ia berkeinginan bekerja ke luar negeri karena saat ini ia satu-satunya tulang punggung keluarga setelah kakaknya meninggal dunia. Selama dua tahun ia berusaha mencari informasi tentang cara agar dapat bekerja ke sana. Akhirnya ia mendapat panggilan dari salah satu perusahaan kapal pesiar di Eropa.
          “Pak Adek mau kemana? Kok baju-bajunya dimasukin ke dalam tas?” celoteh Wayan saat melihat Yasa sedang sibuk mengemasi barang-barangnya. Sambil menahan air mata yang yang telah nyaris menetes ia menatap Wayan, anak kebanggaannya “Pak Adek mau kerja, biar nanti kamu bisa sekolah yang tinggi. Kalau Pak Adek kerja, kamu jaga nenek ya, jangan nakal!” ucap Yasa sembari mengusap kepala Wayan. Anak itu hanya manggut-manggut tanda mengerti.
          Tak ada firasat apapun yang dirasakan saat ia memutuskan mengambil pekerjaan tersebut. Dengan penuh semangat dan ketekunan ia bekerja hingga mendapat penghargaan karyawan terbaik diantara hampir 1000 karyawan. Bahkan dua kali berturut-turut penghargaan itu ia peroleh, walaupun saingannya berasal dari negara lain. Semua itu Yasa lakukan untuk keluarga dan pacarnya. Tak jarang ia menangis saat menelepon ke Bali. Rasa rindu yang membuncah dalam hatinya terasa begitu menusuk. Namun saat bekerja ia harus tetap terlihat tenang dan tersenyum. Hanya dengan bekal dukungan dari orang-orang yang ia sayang yang mampu membuatnya bertahan.
          Keinginannya untuk menyekolahkan dan membahagiakan keponakannya yang telah yatim semenjak bayi begitu kuat. Sampai bulan ketujuh ia mendapat kabar keponakannya masuk rumah sakit karena panas yang tak kunjung turun dan mengeluh pusing. Sempat ia panik dan tidak konsentrasi saat bekerja. Empat hari mendapat perawatan anak itupun meninggal. Namun Yasa tak pernah tahu hal itu. Ia hanya diberi tahu kalau keponakannya baik-baik saja. Tidak ada yang berani mengatakan kenyataan itu padanya termasuk pacarnya yang sangat ia percaya. Sampai prosesi pembakaran dan penguburan keponakannya selesai barulah ia diberi tahu oleh ibunya. Saat itu dipikirannya hanya ada keinginan untuk pulang, tetapi kontrak kerja dengan perusahaan yang tak bisa ia abaikan.
          Sempat ia mengutarakan keinginannya untuk pulang kepada atasannya. Namun, ia harus kembali menelan pil pahit,  jawaban yang diberikan atasannya benar-benar membuat harapannya untuk segera pulang menjadi pupus. “Apakah dengan kamu pulang ke Bali akan membuat keponakanmu hidup kembali? Berpikirlah yang lebih dewasa, kamu laki-laki jangan cengeng seperti itu!” jawab Sergio yang merupakan atasan Yasa sambil berlalu meninggalkan Yasa. Ingin rasanya saat itu juga ia menenggelamkan dirinya ke dalam lautan. Kembali ia teringat janjinya pada Chacha pacarnya saat akan berpisah “Sayang, sabar ya. Cuma sepuluh bulan kok, Adek janji akan kembali.”
          Yasa berusaha tegar, tetapi tak bisa dipungkiri rasa sedih memunculkan kemelut yang berkecambuk dalam hatinya. “Kenapa harus Wayan? Kenapa bukan Adek? Kenapa Cha bohong tentang keadaan Wayan? Cha orang yang paling Adek percaya, tapi Cha malah seperti ini!” seluruh amarahnya ia tumpahkan saat menelepon pacarnya.
          Tiga bulan berikutnya ia sampai di Bandara Ngurah Rai dengan langkah gontai dan tak bersemangat. Malam itu ia hanya dijemput pacarnya karena orangtuanya telah menunggu di Karangasem untuk persiapan pengabenan massal. “Istirahat di sini dulu ya, besok pagi-pagi kita berangkat ke kampung gimana? Kebetulan besok pagi ngangkid tulang biar Adek bisa ikut bersihin.” tanya pacarnya. Yasa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
          Ia langsung minta diantar ke Karangasem. Matanya berkaca-kaca selama perjalanan. Raut sedih tak bisa ia sembunyikan, walaupun dalam hatinya ia bahagia bisa pulang dengan selamat dan bisa bertemu orang-orang yang ia sayangi. Ia tak banyak bicara, hanya sesekali menatap Chacha yang duduk di sebelahnya. “Makasih Cha uda selalu nemenin Adek, maaf kalau Adek marah-marah kemarin.” ucapnya. Malam itu jalan bypass Ida Bagus Mantra tidak terlalu ramai, setelah menempuh waktu dua jam Yasa sampai di kampungnya.
          Tanggal 28 Juli 2009 adalah hari yang tak akan pernah ia lupa, karena hari itu adalah hari pengabenan kakak dan keponakannya. Hari itu ia tidak menangis karena ia ingat  pada kakak dan keponakannya saat mepeluasang yang meminta untuk tidak dibekali dengan air mata. Akan tetapi hatinya yang menangis._Cha
</div> 

Kehidupan John sebagai tukang pakir

John


MAJAS, Denpasar - Seorang tukang parkir harus memiliki jiwa ksatria, berdedikasi tinggi dan cinta tanah air. Profesi tukang parkir adalah profesi yang beresiko tinggi (ketabrak mobil yang diparkirin, misalnya) dan penuh tantangan.
Tukang parkir adalah pekerjaan yang berhubungan dengan mengatur tata cara parkir memarkir suatu kendaraan. dari suatu kendaraan itu mulai masuk parkir sampai kendaraan itu keluar parkiran, semuanya itu adalah tanggung jawab tukang parker.
Tukang parkir merupakan profesi yang terlatih bukan terdidik jadinya untuk dapat terjun dalam profesi ini tidak perlu bersekolah untuk belajar akan tetapi cuma perlu berlatih sampai dapat melakukan pekerjaan ini dengan baik dan lancar.
Jhon itulah panggilan akrab untuk Yohanes Kuil. Jhon memiliki postur tubuh yang sedang-sedang (tidak kurus, tidak gemuk). Biarpun dia lahir di Nusa Tenggara Timur (NTT) tetapi dia tetap semangat bekerja merantau sebagai tukang pakir di Bali. Jhon menjadi tukang pakir sejak tahun 2008 sampai sekarang. Jhon juga harus menyetorkan uang karcis ke Perusaan Daerah (PD) tergantung pendapatan yang dia dapatkan selama menjadi tukang pakir kira-kira sekitar Rp. 20.000 per-hari. Jhon tidak pernah mendapati peringatan bila tidak memenuhi target uang pakir yang harus disetorkan ke PD pakir. Berapapun uang pakir yang didapati oleh Jhon, Jhon harus tetap menyetorkan uang pakir ke PD pakir. Sepeda motor harus membayar Rp. 500 tidak Rp. 1000. Di Denpasar Selatan mobil masih membayar Rp. 1000 belum ada kenaikan tarif seperti tempat pakir yang lain.

Jhon menempuh Pendidikan terakhirnya di SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) NTT. Keadaan keluarganya yang memaksa Jhon menjadi tukang pakir. Jhon tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi tukang pakir. Dari pagi hingga malam dia menjadi tukang pakir di jalan Pulau Nias. Keringat selalu membasahi bajunya tetapi dia pantang menyerah menjalani hidup ini. Sebelum menjadi tukang pakir Jhon bekerja sebagai kuli bangunan. Jhon pernah mendapatkan peringatan dari konsumen karena banyak konsumen yang pakir sembarangan di pinggir jalan sehingga konsumen lain yang ingin pakir tidak mendapatkan tempat pakir yang layak. Konsumen menjadi marah dan tidak jadi pakir di tempat itu.

Jhon merasa tidak senang bekerja sebagai tukang pakir karena Jhon mempunyai impian yang lebih baik dari pada menjadi tukang pakir. Dia ingin bisa membahagiakan ke dua orang tuanya. Dia ingin bekerja selayaknya orang-orang lain seperti guru, polisi, tentara, dan lain-lain tetapi sayang Jhon hanya mampu melanjutkan pendidikan sampai SLTP sehingga Jhon memilih pekerjaan sebagai tukang pakir. Jhon belum berkeluarga. Yohanes mendapat gaji selama sebulan Rata-rata Rp. 600.000,- gaji itu tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Jhon merasa sekarang semua kebutuhan hidup naik.

  Jhon belum berani menikah nanti anak dan istri dia beri makan apa ? gaji yang dia dapatkan sebagai tukang pakir belum bisa mencukupi membiayai kehidupan istri dan anaknya. Pekerjaan sebagai tukang pakir cukup berarti bagi Jhon pekerjaan ini bisa menjamin kehidupannya di Bali. Kesan dan pesan Yohanes selama menjadi tukang pakir, pekerjaan ini cukup berarti bagi Jhon dalam mencukupi kehidupan sehari-harinya. Biar hanya menjadi tukang pakir dia tetap semangat menjalani hidup ini. Kepada konsumen, dimohon agar memarkir kendarannya pada tempat yang disediakan. Kehidupan Jhon seperti lagu yang dinyanyikan d’masiv “Syukuri apa yang ada hidup adalah anugrah tetap jalanni hidup ini melakukan yang terbaik. Jangan menyerah….Jangan menyerah….Jangan menyerah…ooooo….”  (SMD)

TENGOK PANTUN DULU YA!


Cina gemuk membuka kedai
Menjual ember dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan air susu

Pisang emas bawa berlayar
Masak sebiji di dalam peti
Mahal emas dapat di bayar
Utang budi pikir sendiri

Kalau ada lebih harta
Bolehlah hamba menumpang makan
Kalau ada salah kata
Sudilah tuan tuk memaafkan

Tumbuh melata si pokok tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta tak ada ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Asam hadis gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Kucing haus tercengang
Melihat ikan di atas meja
Jika ingin hidup senang
Mulai sekarang rajinlah bekerja

Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati

Buah  semangka di belah dua
Bunga cempaka jatuh di sumur
Barang siapa suka berdusta
Akan celaka sepanjang umur

Rawa Mangun jalan berliku
Penuh onak makanan  badak
Galak tersenyum rupa kakekku
Melihat nenek duduk berbedak


   By. Santri Mahadewi


Band Gecko "Pasti Cemburu" Mulai Memasuki Chart Radio

Gecko Band


MAJAS - Kabar menggembirakan datang dari salah satu band top 10 Lights Indiefest (L.A.) 2009 Gecko. Buat yang suka sama band asal Bali ini, kamu sekarang sudah bisa mendengarkan single terbaru mereka “Pasti Cemburu” yang masuk ke dalam album L.A. Lights Indiefest Compilation Album Vol. 4 di chart–chart radio di Sumatera, Jawa dan Bali.

Gecko adalah jebolan L.A. Lights Indiefest 2009 yang beranggotakan Hendra (Drum), Putri (Vokal), Dwi (Bas) dan Adi (Gitar). Keempat personil Gecko mengakui sangat terpengaruh dari band–band seperti GIGI, Paramore, Avril Lavigne, Incubus, dan RHCP.

Di L.A. (Lights Indiefest), Bali tidak cuma diwakili oleh Gecko. Ada Scared of Bums dan Psycho Fun. Meski sama–sama berasal dari Bali, musik yang diusung Gecko berbeda dengan dua teman seperjuangan mereka, Scared of Bums dan Psycho Fun yang juga berhasil masuk ke dalam top 10 L.A. Kalau Scared of Bums dan Psycho Fun meliar dengan pop punk–nya, Gecko mencoba menawarkan musik yang lebih manis yang mereka sebut cute rock. Oke deh, bagi yang suka sama vokal manis Putri dan pasukannya silahkan dengarkan ´Pasti Cemburu´di radio–radio di kota kamu. (dsd/dzar)

Senin, 03 Januari 2011

Kado Natal 25 Desember

Rumah itu terletak di sudut kota. Kota kecil yang setiap bulan Desember selalu  diramaikan oleh kesibukan warga menyambut pesta natal. Agi dan kedua orang adiknya Wedi dan Era pagi itu masih meringkuk di dalam selimut. “hari ini sepertinya akan turun hujan” kata Agi menengok keluar lewat jendela. Agi dengan usianya 12 tahun telah menjadi harapan dan tumpuan adik-adiknya. Ibunya meninggal saat melahirkan si bungsu Era. Sejak saat itu mereka tinggal berempat dengan ayah. Selain mengurus mereka bertiga, ayah juga harus mencari nafkah dengan membajak sawah orang. Hasil bajakan sawah tersebut tidak seberapa jika dihitung dengan kebutuhan mereka hingga akhirnya Agi pun tidak dapat bersekolah karena tak ada biaya yang cukup, dia hanya menemani adik-adiknya di rumah.


Sudah jatuh, tertimpah tangga pula. Duka kembali menimpah Agi dan adik-adiknya saat sang ayah tercinta meninggal disambar petir pada saat membajak sawah. Sejak saat itu Agi bekerja menyuci pakaian di rumah tetangga demi menghidupi kedua orang adiknya.
Pagi itu mereka membereskan rumah. Rumah papan yang berukuran 6x4 meter, beratapkan seng yang telah bocor, dan kamar mini untuk istirahat. Sungguh sederhana. Era si kecil berusia empat tahun itu hanya mampu memungut dedaunan dan sampah plastik bekas bungkus lauk mereka di sekitar rumah. Sedangkan Agi dan Wedi menyapu dan mengatur prabot-prabot yang berantakan. “kakak, ga kerja hari ini?” Tanya Wedi sambil melipat selimutnya. “Ga…”jawabnya singkat. Hari itu Agi memang tidak diminta untuk menyuci di rumah pak Edo pengusaha kaya di kota itu.
“Hari ini kita makan apa kak?” Tanya Era sambil memegang perutnya dengan wajah penuh belas kasihan. Mendengar itu, hati Agi begitu sedih..  “Nanti kakak carikan tahu penyet ya, kamu sudah lelah sekali..” senyum Agi sambil merogoh saku celana pendeknya yang sudah usang itu dan melihat sisa duit lima ribu rupiah di kantongnya. “apa cukup ya, tempe penyet lima ribu rupiah untuk makan hari ini?” tanyanya dalam hati. Dalam sehari nasi putih dan lauk tempe penyet telah mengenyangkan mereka.  Sangat sederhana, tetapi mereka bisa lewati itu.
Keesokan harinya, Agi diminta oleh pak Edo untuk menyuci di rumahnya. Pagi itu dia tidak hanya diminta untuk menyuci, dia juga membantu membereskan rumah dan ikut membungkuskan kado natal.  Pda saat membungkus kado, Agi teringat kata-kata Wedi semalam sebelum tidur “bagaimana ya kak rasanya jika hari Natal dapat kado natal dari St.Klaus? si Era pun menjawab dengan entengnya “aku lebih senang kalau bapak memasak sup ceker ayam sebagai kado natal, aku kangen sama bapak” Agi pun tak kuasa menahan tangis, dirangkulnya kedua adiknya itu dan mencoba untuk berjanji natal besok dia akan membuat sup ceker ayam. Malam itu mereka terlarut dalam isak tangis pilu.
“Semuanya Sudah selesai dibungkus?” Agi dikagetkan dengan pertanyaan Rai anak pak Edo. “Oh ia…maaf Rai ini belum selesai semua, sebentar lagi selesai kok” jawab Agi tak mampu menyembunyikan rasa kagetnya. “Ya, makanya jangan banyak ngelamun dong, secepatnya ya biar saya bisa susun kadonya di dekat pohon natal” ungkap Rai sambil berlalu meninggalkan Agi. “Ya Tuhan, ternyata saya belum selesai juga membungkus kado-kado ini” batin Agi.
Siang itu Agi tidak dapat mengantar nasi untuk Wedi dan Era. Agi tidak dapat berkonsentrasi membungkus kado-kado itu. Dia mencemaskan keadaan keadua orang adiknya itu di rumah. Setelah semua kado selesai dibungkus Agi pun pamit pulang. namun ternyata pak Edo ke bandara menjemput saudaranya. Pak Edo menitipkan upah Agi di Rai. Betapa sedih hati Agi saat melihat bahwa upah untuk hari itu tak berbeda dengan upah pada hari-hari sebelumnya. “bagaimana saya bisa membuat sup ceker ayam kado natal untuk kedua adikku? Uang ini hanya cukup untuk membeli tempe penyet dan beras sekilo gram, ya Tuhan, saya sudah terlanjur berjanji kepada mereka”. Tanyanya dalam hati.
Dengan langkah gontai, Agi pun pulang ke rumah. Langkahnya berhenti saat melihat kerumunan orang banyak menyaksikan kejadian tabrak. “Ada apa di sana bu?” tanyanya kepada seorang ibu yang kebetulan lewat. “Itu nak, ada seorang anak kecil tertabrak mobil  saat nyebrang tadi” jawab ibu itu. Agi tak sempat mengucap terimakasih kepada ibu itu, dia pun langsung lari menuju kerumunan tersebut. 
Tangis Agi memecah saat melihat anak kecil yang tertabrak itu ialah Era. Saat itu pula mereka langsung mengantarnya ke rumah sakit. Menurut hasil pemeriksaan dokter Era harus dioperasi karena ada masalah pada otaknya akibat benturan mobil. Agi tak mampu berkata apa-apa, dia merasa bersalah karena tidak bisa menjadi kakak yang baik bagi kedua orang adiknya tercinta.
 Operasi berlangsung pukul 20.00 WITA.  Saat menunggu hasil operasi, pak Rido pemilik mobil menghampiri Agi dan Wedi dan memohon maaf. “Nak, maafkan bapak ya. Bapak tidak dapat menghindari kecelakaan tadi, bapak yang salah, bapak minta maaf ya” tutur bapak itu.  “Tapi adik saya sudah seperti ini pak, darimana saya harus mendapatkan biaya operasi adik saya?  Oh Tuhan… dosa apa lagi yang telah hamba lakukan sampai kami harus menanggung ini semua?” teriak Agi diiringi isak tangisnya. “bapak janji akan menanggung segala administrasi, asalkan adik kamu sembuh ya. Mari kita sama-sama berdoa ya nak..” jawab pak Rido sambil merangkul Agi dan Wedi yang terus tenggelam dalam kesedihan.
Operasi berjalan sukses. Malam itu dokter belum mengijinkan mereka untuk melihat  Era. Malam natal 24 Desember mereka lewatkan di rumah sakit, tak ada kado dari St.Klaus dan sup ceker ayam kesukaan mereka. Kesedihan tambah menyelimuti perasaan Agi karena dia tidak bisa membahagiakan adik-adiknya di hari yang istimewa hari kelahiran sang juru selamat dunia Yesus Kristus.
Keesokan harinya tepat pada tanggal 25 Desember,  Agi, Wedi, bapak beserta istrinya itu sudah diijinkan untuk melihat Era. Agi tak kuasa menahan tangisnya saat melihat Era tersenyum manis melihat kedatangan mereka. “Era maafkan kakak ya, kakak janji tidak akan meninggalkan kalian lagi..”isak Agi sambil mengusap wajah Era “Maafkan kakak  juga ya Era..” ucap Wedi. “Walaupun tanpa ayah dan ibu, tanpa kado natal, dan tanpa makan sup ceker ayam kita akan lewati natal ini bersama,..” tangisnya sambil memeluk Wedi dan Era.
“ada kado natalnya” ucap pak Rido. Mereka bertiga melepas rangkulan dan melihat ke ka arah pak Rido itu. “Apa bapak?” ucap mereka bersamaan. “ Mulai hari ini kalian bertiga akan tinggal di rumah saya dan akan kami angkat menjadi anak-anak kami, betul kan ma? “ melirik ke arah istrinya.  “Ya, betul. Kalian juga akan disekolahkan” ucap istrinya sambil tersenyum manis. Agi berdiri menghampiri mereka dan berkata “tapi kan…”  “Tak ada jawaban tetapi, Wedi dan Era mau kan? Tanya pak Rido. “ia kami mau..” jawab mereka serempak.  mereka akhirnya saling berangkulan dan menyampaikan salam selamat natal. Kado natal terindah dalam hidup Agi, Wedi, dan Era.

Ellshi Lisnawati Guntar
24 Desember: 23.50

Unsur-Unsur Budaya dan Tata Ruang Dalam Budaya Bali


A. BAHASA  
              Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.   

B. PENGETAHUAN 
               Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.       

C. TEKNOLOGI        
              Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.        

D. ORGANISASI SOSIAL   
a). Perkawinan      
               Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b). Kekerabatan     
               Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.    
c). Kemasyarakatan          
               Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.  

E. MATA PENCAHARIAN  
               Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan. 

Pura Tanah Lot Bali


F. RELIGI      
                Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India. Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.  Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.    

G. KESENIAN           
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.

           Nilai-nilai luhur budaya Bali, yaitu hal-hal yang dianggap baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan mencakup satu rentangan unsur-unsur abstrak (intangible culture, unsur budaya tak benda) yang terdiri dari :
1. Unsur Filosofis   
Merupakan unsur yang paling dasar dan paling abstrak, berisi hakekat dan kebenaran dasar
2. Unsur Nilai          
Merupakan unsur dasar tentang hal-hal berharga dalam kehidupan, umumnya sebagai representation collective
3. Unsur Konsep    
Merupakan unsur yang lebih instrumental dan lebih dekat ke tataran implementatif
4. Unsur Norma dan Aturan      
Merupakan unsur yang terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari dan bernilai praksis.
Dalam nilai budaya Bali terdapat konsep Bhuana Agung (makro kosmos) dan Bhuana Alit (mikro kosmos), yang selalu dijaga keselarasan keduanya. Dari dua konsep inilah di turunkan menjadi suatu pendekatan dalam tata ruang yang kemudian memberikan pengertian adanya jiwa dalam penataan ruang di Bali yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari unsur jiwa, tenaga dan fisik atau nisa dikaitkan dengan Parahyangan (hubungan antara Sang Maha Agung dengan Manusia), Pawongan (hubungan sesama manusia) dan Palemahan (hubungan antara manusia dan alam).
Landasan sistem nilai terdapat tata ruang memberikan penekanan pada makna, dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomi dibedakan atas dasar dan nilai instrumental.
  • Nilai Dasar, yang mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas (gotong royong) dan nilai keseimbangan.
  • Nilai instrumental, yang mencakup seperangkat sistem nilai yang mendukung dinamika adaptif (supel-luwes-dinamis) dan fleksibel sesuai dengan adigium desa, kala, patra.
Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola keteraturan tata ruang baik secara vertikal maupun horiontal. Dalam kebudayaan Bali, satu struktur di samping mencerminkan adanya keterbukaan yang dinamis.
Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara lain :
  • Konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Parhyangan (Tuhan, yang berkaitan dengan tempat ibadah/ tempat suci); Pawongan (Manusia, tempat aktivitas masyarakat) serta Palemahan (Lingkungan)
  • Konsep Rwa Bhineda memberikan orientasi (Luan-Teben, Kaja-Kelod) dan juga Laxokeromi (Sakral-Profan, Baik-Buruk)
  • Konsep Tri Bhuwana dan Tri Angga membberikan orientasi vertikal Bhur-Bhwah-Swah dan Uttama, Madhyama, Kanishta
  • Pola Tri Mandala yang memberikan orientasi horizontal Uttama-Madhyama-Kanishta
  • Konsep Nawa Sanga dan Padma Bhuwana memberikan kekuatan dan simbol pada struktur yang menggambarkan adanya pola struktur dan keterikatan antara komponen struktur.
  • Konsep Dinamika yaitu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan dengan ruang, diartikan selain memiliki pola dan keteraturan, juga memiliki sifat supel, luwes dan dinamis.
Arah orientasi ruang dalam skala wilayah yang lebih luas dan berkeseimbangan secara keseluruhan dalam propinsi Bali, dengan konsep arah orientasi yang berdasarkan mata angin (pengide-ider) yang bersifat universal, dan yang berdasarkan konsep segara-gunung yang bersifat lokal. Sumbu ritual timur-barat (surya-sewana) berorientasi ke arah matahari terbit dan terbenamnya matahari, dimana orientasi timur tempat matahari terbit lebih utama dari barat. Sumbe yang kedua adalah konsep sumbu natural spiritual Kaja-Kelod yang dikaitkan dengan arah orientasi kepada gunung dan lautan (Nyegara gunung, Segara-wukir), luan-teben, sekala-niskala, suci-tidak suci dan sebagainya. Segala sesuatu yang dikategorikan bersifat suci dan bernilai sakral akan menempati letak di baian Kaja (utara) mengarah ke gunung seperti : letak pura, arah sembahyang, arah tidur dan sebagainya. Sebaiknya, segala sesuatu yang dikategorikan kurang suci dan bernilai profan, akan menempati letak bagian kelod (selatan), seperti : letak kuburan, letak kandang, tempat pembuangan sampah/ kotoran,dan sebagainya bagi mereka yang tinggal di bagian Bali Selatan dan kelod berarti utara. Perbedaan ini tidak saja terbatas pada penunjukkan arah, tetapi juga dalam beberapa aspek kehidupan.
Pada bagian tengah Pulau Bali dari timur ke barat terbentang pegunungan/ perbukitan dengan puncak-puncaknya antara lain : Gunung Agung, Bunung Batur, Gunung Batukaru, yang menurut konsep diatas merupakan arah orientasi sumbu natural spiritual yang utama dari aktifitas kehidupan masyarakat Bali. Manifestasi atau kekuatan-kekuatan Tuhan (siwa) dalam mata angin (pengider-ider) yang mengambil posisi dik widik, mendasari konsep dewata bawa sanga dan dijabarkan lagi menjadi konsep eka dasa rudra. Konsep ini, disamping mendasari sumbu yang bersifat universal juga mendasari pola ruang sanga mandala. Sedangkan posisi gunung-laut, disamping mendasari sumbu linier kaja-kelod, juga mendasari pola ruang tri mandala. Dari dasar pola ruang tri mandala, dapat dijabarkan juga menjadi pola ruang sangga mandala dengan memasukkan faktor terbit matahari sebagai orientasi nilai utama sebagai pembagi masing-masing mandala dalam tri mandala menjadi tiga bagian. Pola sanga mandala yang lain didasarkan atas konsep, pengider-ider/ dewata nawa sanga. Dalam pola sanga mandala jenis ini maka mandala di tengah (madyaning madya) menjadi paling utama dan menjadi pusat orientasi.
Secara umum, konsep tata ruang tradisional Bali, orientasi sangat menentukan pnataan zoning baik lingkungan rumah banjar maupun lingkungan desa. Orientasi tradisional merupakan orientasi ruang yang dibentuk oleh tiga sumbu yaitu :
1.     Sumbu Religi, berorientasi pada lintasan terbit dan terbenamnya matahari dengan arah kangin sebagai nilai utama (arah terbitnya matahari) dan arah kauh sebagai nilai nista (arah terbenamnya matahari), sedangkan nilai Madya ada di tengahnya.
2.     Sumbu Bumi, berorientasi pada gunung dan laut. Gunung sebagai arah kaja (utara) bagi masyarakat Bali bagian selatan bernilai Utama dan laut atau arah kelod bernilai Nista sedangkan bagi masyarakat Bali utara Kelod adalah ke selatan karena pegunungan ada di tengah-tengah pulau Bali. Arah kelod adalah arah yang menuju ke laut, ke utara di Bali utara dan ke selatan di Bali selatan. Nilai utara ada di arah gunung atau kaja sedangkan nilai nista ada di daerah laut atau kelod, dengan Madya ada di tengahnya.
3.     Sumbu Kosmos, merupakan varian dari sumbu religi dan sumbu kosmos, mempunyai pengertian menek (naik) dana Tuwun (turun), dengan tiga tingkatan tata nilai yang menek (utama), tengah (Madya) dan tuwun (nista).
Ada tiga pola tata ruang permukiman tradisional religius Bali, yaitu :
1.     Pola Perempatan Agung, Pola ini terbentuk dari perpotongan sumbu Kaja dan Kelod (ke gunung dan ke laut) dan sumbu Kangin dan Kauh (arah terbit dan tenggelam matahari). Berdasarkan konsep sembilan mata angin (Nawa Sanga) maka daerah timur (kaja-Kangin) yang mengarah ke Gunung Agung diperuntukkan bagi bagian suci (Pura Desa). Pura yang berkaitan dengan kematian (Pura Dalem) dan kuburan desa berada di Barat daya yang mengarah ke laut (kelod-kauh) sedangkan permukiman berada di antara Pura Desa dan Pura Dalem.
2.     Pola Linier, pola ini, konsep sembilan pendaerahan (Nawa Sanga) tidak banyak berperan. Orientasi kosmologi lebih didomonasi oleh arah gunung dan laut (kaja-Kelod) dan sumbu terbit dan tenggelamnya matahari (kangin-kauh). Bagian ujung utara (kaja) suatu permukiman, dperuntukkan bagi Pura Desa, dan di ujung selatan (kelod) diperuntukkan bagi kuburan (Pura Dalem). Di antara batas desa utara dan selatan tersebut merupakan permukiman penduduk dan fasilitas umum berupa Bale Banjar dan Pasar. Pada umumnya pola linier ini terdapat di desa-desa pegunungan.
3.     Pola Kombinasi, merupakan perpaduan antara pola linier dengan pola perempatan agung. Pola permukimannya menggunakan Pola Perempatan Agung, sedangkan sistem peletakkan massa bangunannya mengikuti pola linier. Perumahan dan fasilitas umum terletak pada ruang terbuka yang berada di tengah-tengah permukiman, akan tetapi lokasi daerah yang bernilai utama terletak pada ujung utara (kaja) dan lokasi yang bernilai nista terletak pada ujung selatan (kelod).(Gd)

Oleh:
Gede Utama
Sasindo Unud 2007


Tajuk Rencana: Tulisan Akhir Tahun


Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Menyedihkan lagi, proses reformasi yang telah digembor-gemborkan itu diimplementasikan dalam bentuk praktik yang sarat dengan dengan pembusukan. Seperti dari bidang politik, kesan yang dirasakan publik selama ini, hukum belum mampu memberikan rasa keadilan kepada “wong cilik”.
Hukum yang ada saat ini hanya untuk memenuhi tuntutan legal-formal, tanpa menyentuh rasa keadilan. Mereka yang berkantong tebal bisa demikian gampang “berselingkuh” melalui harta dan kekuasaannya untuk melicinkan jalan menuju drama pengadilan yang ber-ending tragis dan memilukan buat orang semacam Mbah Minah dengan tragedi kakao-nya, Kang Kholil dengan semangkanya, atau Yu Manisih dan Suratmi dengan kapuk randunya.
Sungguh kontras dengan arogansi Anggodo (melalui rekaman yang diputar di Mahkamah Konstitusi) yang diduga telah melakukan skenario busuk dengan melibatkan aparat penegak hukum untuk “berkongkalingkong” demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hukum, justru hingga kini makin tak jelas rimbanya.
Tidak hanya dari bidang politik, ekonomi pun tak luput dari proses pembusukan. Maraknya korupsi yang menggurita di berbagai lapisan dan jajaran birokrasi, telah membuat nasib hidup “wong cilik” yang sudah terjebak dalam lubang kemiskinan kian tergencet dalam kubangan derita dan nestapa.
Situasi korup seperti itu, justru ada upaya rekayasa untuk melumpuhkan peran KPK yang selama ini dikenal “galak” dalam memburu sarang koruptor. Selanjutnya kasus Bank Century yang tak kunjung selesai, dengan alasan berkelit kata, akhirnya tidak menemukan siapa pelaku dari akal busuk tersebut, masyarakat hanya dikelabui oleh janji manis semata.
Kemudian, dari segi pendidikan yang dinilai belum berhasil memanusiakan secara utuh, persoalan tersebut bertumpu pada ujian nasional (UN), sertifikasi guru, atau UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Ujian nasional yang seharusnya mampu menjadi tolok ukur dan standarisasi mutu pendidikan nasional, justru tereduksi oleh praktik-praktik kecurangan yang terus terjadi setiap tahun. UN tidak lagi sebagai budaya untuk mengapresiasikan sebagai proses atau etos kerja  keras dalam meraih sukses, yang ada hanyalah jalan pintas dan mudah meraih impian.
Selain itu, seritifikasi guru juga tidak berimbas pada kemajuan pendidikan. Hanya dengan tunjangan profesi dianggap sebagai ‘berkah’ dan sesuai dengan tuntutan serta dinamika zaman, sehingga belum diimbangi dengan etos kerja yang andal. Disisi lain, hal ini juga berakibat pada kecemburuan social di kalangan internal. Akibatnya etos kerja semakin melemah.
Persoalan-persoalan yang muncul saat ini bukanlah kejadian yang terjadi sejak awal hingga penghujung tahun 2010, namun masih menyisakan Tanya dan haru bagi kita bahwa ranah hokum, politik, ekonomi dan pendidikan masih sangat memprihatikan. Kita masih memerlukan terobosan dan gebrakan visioner yang membuat bangsa dan negara kita beradab.
Detik-detik pergantian tahun akan tiba, momen inilah bagi kita untuk refleksi budaya untuk merumuskan langkah bagi visioner guna menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik. Pergantian tahun tentu menyisakan kenangan dan optimisme untuk perubahan-perubahan dan harapan baru. Selamat Menyambut Tahun Baru 2011. (Gd/Redaksi)

Recent Comments

Rabu, 05 Januari 2011

Puisi : Ku Telusur Sepi


Ada bayang yang mengusik hari

Ada jiwa yang memanggil sunyi
Ada hati yang bertaut mimpi
Ada diri meringkuk sunyi
Namun tiada asa yang terpatri
Indah yg dulu pernah kau tawarkan
kini berevolusi menjadi mimpi buruk
.. entah..apa lagi yg mampu ku rangkai
kata tak bisa ku jadikan kalimat
kalimat tak mampu ku jadikan puisi
segalanya hancur…
imajinasi tlah enggan bersmayam dalam keheningan
yang dengan susah payah ku ciptakan
Biar, ku telusur sepi ...
By: Ajief

Selasa, 04 Januari 2011

Ketegaran Yasa dalam Kepahitan Hidup

 <div class="fullpost">
          Sepuluh bulan merantau ke Eropa tak pernah dibayangkan oleh Yasa. Dalam waktu yang singkat itu pula ia kehilangan keponakannya yang merupakan anak dari almarhum kakaknya. Anak yang sudah dianggap anaknya sendiri meninggal di usia delapan tahun karena ganasnya kanker otak. Terbersit rasa sesal dalam hatinya saat melihat anak yang selalu ia banggakan hanya tinggal abu. Pemuda tinggi berkulit putih kelahiran Poh Santen, 20 Desember 1980 itu hanya bisa menangis, menangisi kenyataan pahit dalam hidupnya. Kepergian pemilik nama lengkap I Kadek Yasa ini bekerja ke luar negeri untuk menggapai cita-citanya seakan-akan menjadi petaka.
          Sudah sejak lama ia berkeinginan bekerja ke luar negeri karena saat ini ia satu-satunya tulang punggung keluarga setelah kakaknya meninggal dunia. Selama dua tahun ia berusaha mencari informasi tentang cara agar dapat bekerja ke sana. Akhirnya ia mendapat panggilan dari salah satu perusahaan kapal pesiar di Eropa.
          “Pak Adek mau kemana? Kok baju-bajunya dimasukin ke dalam tas?” celoteh Wayan saat melihat Yasa sedang sibuk mengemasi barang-barangnya. Sambil menahan air mata yang yang telah nyaris menetes ia menatap Wayan, anak kebanggaannya “Pak Adek mau kerja, biar nanti kamu bisa sekolah yang tinggi. Kalau Pak Adek kerja, kamu jaga nenek ya, jangan nakal!” ucap Yasa sembari mengusap kepala Wayan. Anak itu hanya manggut-manggut tanda mengerti.
          Tak ada firasat apapun yang dirasakan saat ia memutuskan mengambil pekerjaan tersebut. Dengan penuh semangat dan ketekunan ia bekerja hingga mendapat penghargaan karyawan terbaik diantara hampir 1000 karyawan. Bahkan dua kali berturut-turut penghargaan itu ia peroleh, walaupun saingannya berasal dari negara lain. Semua itu Yasa lakukan untuk keluarga dan pacarnya. Tak jarang ia menangis saat menelepon ke Bali. Rasa rindu yang membuncah dalam hatinya terasa begitu menusuk. Namun saat bekerja ia harus tetap terlihat tenang dan tersenyum. Hanya dengan bekal dukungan dari orang-orang yang ia sayang yang mampu membuatnya bertahan.
          Keinginannya untuk menyekolahkan dan membahagiakan keponakannya yang telah yatim semenjak bayi begitu kuat. Sampai bulan ketujuh ia mendapat kabar keponakannya masuk rumah sakit karena panas yang tak kunjung turun dan mengeluh pusing. Sempat ia panik dan tidak konsentrasi saat bekerja. Empat hari mendapat perawatan anak itupun meninggal. Namun Yasa tak pernah tahu hal itu. Ia hanya diberi tahu kalau keponakannya baik-baik saja. Tidak ada yang berani mengatakan kenyataan itu padanya termasuk pacarnya yang sangat ia percaya. Sampai prosesi pembakaran dan penguburan keponakannya selesai barulah ia diberi tahu oleh ibunya. Saat itu dipikirannya hanya ada keinginan untuk pulang, tetapi kontrak kerja dengan perusahaan yang tak bisa ia abaikan.
          Sempat ia mengutarakan keinginannya untuk pulang kepada atasannya. Namun, ia harus kembali menelan pil pahit,  jawaban yang diberikan atasannya benar-benar membuat harapannya untuk segera pulang menjadi pupus. “Apakah dengan kamu pulang ke Bali akan membuat keponakanmu hidup kembali? Berpikirlah yang lebih dewasa, kamu laki-laki jangan cengeng seperti itu!” jawab Sergio yang merupakan atasan Yasa sambil berlalu meninggalkan Yasa. Ingin rasanya saat itu juga ia menenggelamkan dirinya ke dalam lautan. Kembali ia teringat janjinya pada Chacha pacarnya saat akan berpisah “Sayang, sabar ya. Cuma sepuluh bulan kok, Adek janji akan kembali.”
          Yasa berusaha tegar, tetapi tak bisa dipungkiri rasa sedih memunculkan kemelut yang berkecambuk dalam hatinya. “Kenapa harus Wayan? Kenapa bukan Adek? Kenapa Cha bohong tentang keadaan Wayan? Cha orang yang paling Adek percaya, tapi Cha malah seperti ini!” seluruh amarahnya ia tumpahkan saat menelepon pacarnya.
          Tiga bulan berikutnya ia sampai di Bandara Ngurah Rai dengan langkah gontai dan tak bersemangat. Malam itu ia hanya dijemput pacarnya karena orangtuanya telah menunggu di Karangasem untuk persiapan pengabenan massal. “Istirahat di sini dulu ya, besok pagi-pagi kita berangkat ke kampung gimana? Kebetulan besok pagi ngangkid tulang biar Adek bisa ikut bersihin.” tanya pacarnya. Yasa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
          Ia langsung minta diantar ke Karangasem. Matanya berkaca-kaca selama perjalanan. Raut sedih tak bisa ia sembunyikan, walaupun dalam hatinya ia bahagia bisa pulang dengan selamat dan bisa bertemu orang-orang yang ia sayangi. Ia tak banyak bicara, hanya sesekali menatap Chacha yang duduk di sebelahnya. “Makasih Cha uda selalu nemenin Adek, maaf kalau Adek marah-marah kemarin.” ucapnya. Malam itu jalan bypass Ida Bagus Mantra tidak terlalu ramai, setelah menempuh waktu dua jam Yasa sampai di kampungnya.
          Tanggal 28 Juli 2009 adalah hari yang tak akan pernah ia lupa, karena hari itu adalah hari pengabenan kakak dan keponakannya. Hari itu ia tidak menangis karena ia ingat  pada kakak dan keponakannya saat mepeluasang yang meminta untuk tidak dibekali dengan air mata. Akan tetapi hatinya yang menangis._Cha
</div> 

Kehidupan John sebagai tukang pakir

John


MAJAS, Denpasar - Seorang tukang parkir harus memiliki jiwa ksatria, berdedikasi tinggi dan cinta tanah air. Profesi tukang parkir adalah profesi yang beresiko tinggi (ketabrak mobil yang diparkirin, misalnya) dan penuh tantangan.
Tukang parkir adalah pekerjaan yang berhubungan dengan mengatur tata cara parkir memarkir suatu kendaraan. dari suatu kendaraan itu mulai masuk parkir sampai kendaraan itu keluar parkiran, semuanya itu adalah tanggung jawab tukang parker.
Tukang parkir merupakan profesi yang terlatih bukan terdidik jadinya untuk dapat terjun dalam profesi ini tidak perlu bersekolah untuk belajar akan tetapi cuma perlu berlatih sampai dapat melakukan pekerjaan ini dengan baik dan lancar.
Jhon itulah panggilan akrab untuk Yohanes Kuil. Jhon memiliki postur tubuh yang sedang-sedang (tidak kurus, tidak gemuk). Biarpun dia lahir di Nusa Tenggara Timur (NTT) tetapi dia tetap semangat bekerja merantau sebagai tukang pakir di Bali. Jhon menjadi tukang pakir sejak tahun 2008 sampai sekarang. Jhon juga harus menyetorkan uang karcis ke Perusaan Daerah (PD) tergantung pendapatan yang dia dapatkan selama menjadi tukang pakir kira-kira sekitar Rp. 20.000 per-hari. Jhon tidak pernah mendapati peringatan bila tidak memenuhi target uang pakir yang harus disetorkan ke PD pakir. Berapapun uang pakir yang didapati oleh Jhon, Jhon harus tetap menyetorkan uang pakir ke PD pakir. Sepeda motor harus membayar Rp. 500 tidak Rp. 1000. Di Denpasar Selatan mobil masih membayar Rp. 1000 belum ada kenaikan tarif seperti tempat pakir yang lain.

Jhon menempuh Pendidikan terakhirnya di SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) NTT. Keadaan keluarganya yang memaksa Jhon menjadi tukang pakir. Jhon tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi tukang pakir. Dari pagi hingga malam dia menjadi tukang pakir di jalan Pulau Nias. Keringat selalu membasahi bajunya tetapi dia pantang menyerah menjalani hidup ini. Sebelum menjadi tukang pakir Jhon bekerja sebagai kuli bangunan. Jhon pernah mendapatkan peringatan dari konsumen karena banyak konsumen yang pakir sembarangan di pinggir jalan sehingga konsumen lain yang ingin pakir tidak mendapatkan tempat pakir yang layak. Konsumen menjadi marah dan tidak jadi pakir di tempat itu.

Jhon merasa tidak senang bekerja sebagai tukang pakir karena Jhon mempunyai impian yang lebih baik dari pada menjadi tukang pakir. Dia ingin bisa membahagiakan ke dua orang tuanya. Dia ingin bekerja selayaknya orang-orang lain seperti guru, polisi, tentara, dan lain-lain tetapi sayang Jhon hanya mampu melanjutkan pendidikan sampai SLTP sehingga Jhon memilih pekerjaan sebagai tukang pakir. Jhon belum berkeluarga. Yohanes mendapat gaji selama sebulan Rata-rata Rp. 600.000,- gaji itu tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Jhon merasa sekarang semua kebutuhan hidup naik.

  Jhon belum berani menikah nanti anak dan istri dia beri makan apa ? gaji yang dia dapatkan sebagai tukang pakir belum bisa mencukupi membiayai kehidupan istri dan anaknya. Pekerjaan sebagai tukang pakir cukup berarti bagi Jhon pekerjaan ini bisa menjamin kehidupannya di Bali. Kesan dan pesan Yohanes selama menjadi tukang pakir, pekerjaan ini cukup berarti bagi Jhon dalam mencukupi kehidupan sehari-harinya. Biar hanya menjadi tukang pakir dia tetap semangat menjalani hidup ini. Kepada konsumen, dimohon agar memarkir kendarannya pada tempat yang disediakan. Kehidupan Jhon seperti lagu yang dinyanyikan d’masiv “Syukuri apa yang ada hidup adalah anugrah tetap jalanni hidup ini melakukan yang terbaik. Jangan menyerah….Jangan menyerah….Jangan menyerah…ooooo….”  (SMD)

TENGOK PANTUN DULU YA!


Cina gemuk membuka kedai
Menjual ember dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan air susu

Pisang emas bawa berlayar
Masak sebiji di dalam peti
Mahal emas dapat di bayar
Utang budi pikir sendiri

Kalau ada lebih harta
Bolehlah hamba menumpang makan
Kalau ada salah kata
Sudilah tuan tuk memaafkan

Tumbuh melata si pokok tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta tak ada ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Asam hadis gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Kucing haus tercengang
Melihat ikan di atas meja
Jika ingin hidup senang
Mulai sekarang rajinlah bekerja

Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati

Buah  semangka di belah dua
Bunga cempaka jatuh di sumur
Barang siapa suka berdusta
Akan celaka sepanjang umur

Rawa Mangun jalan berliku
Penuh onak makanan  badak
Galak tersenyum rupa kakekku
Melihat nenek duduk berbedak


   By. Santri Mahadewi


Band Gecko "Pasti Cemburu" Mulai Memasuki Chart Radio

Gecko Band


MAJAS - Kabar menggembirakan datang dari salah satu band top 10 Lights Indiefest (L.A.) 2009 Gecko. Buat yang suka sama band asal Bali ini, kamu sekarang sudah bisa mendengarkan single terbaru mereka “Pasti Cemburu” yang masuk ke dalam album L.A. Lights Indiefest Compilation Album Vol. 4 di chart–chart radio di Sumatera, Jawa dan Bali.

Gecko adalah jebolan L.A. Lights Indiefest 2009 yang beranggotakan Hendra (Drum), Putri (Vokal), Dwi (Bas) dan Adi (Gitar). Keempat personil Gecko mengakui sangat terpengaruh dari band–band seperti GIGI, Paramore, Avril Lavigne, Incubus, dan RHCP.

Di L.A. (Lights Indiefest), Bali tidak cuma diwakili oleh Gecko. Ada Scared of Bums dan Psycho Fun. Meski sama–sama berasal dari Bali, musik yang diusung Gecko berbeda dengan dua teman seperjuangan mereka, Scared of Bums dan Psycho Fun yang juga berhasil masuk ke dalam top 10 L.A. Kalau Scared of Bums dan Psycho Fun meliar dengan pop punk–nya, Gecko mencoba menawarkan musik yang lebih manis yang mereka sebut cute rock. Oke deh, bagi yang suka sama vokal manis Putri dan pasukannya silahkan dengarkan ´Pasti Cemburu´di radio–radio di kota kamu. (dsd/dzar)

Senin, 03 Januari 2011

Kado Natal 25 Desember

Rumah itu terletak di sudut kota. Kota kecil yang setiap bulan Desember selalu  diramaikan oleh kesibukan warga menyambut pesta natal. Agi dan kedua orang adiknya Wedi dan Era pagi itu masih meringkuk di dalam selimut. “hari ini sepertinya akan turun hujan” kata Agi menengok keluar lewat jendela. Agi dengan usianya 12 tahun telah menjadi harapan dan tumpuan adik-adiknya. Ibunya meninggal saat melahirkan si bungsu Era. Sejak saat itu mereka tinggal berempat dengan ayah. Selain mengurus mereka bertiga, ayah juga harus mencari nafkah dengan membajak sawah orang. Hasil bajakan sawah tersebut tidak seberapa jika dihitung dengan kebutuhan mereka hingga akhirnya Agi pun tidak dapat bersekolah karena tak ada biaya yang cukup, dia hanya menemani adik-adiknya di rumah.


Sudah jatuh, tertimpah tangga pula. Duka kembali menimpah Agi dan adik-adiknya saat sang ayah tercinta meninggal disambar petir pada saat membajak sawah. Sejak saat itu Agi bekerja menyuci pakaian di rumah tetangga demi menghidupi kedua orang adiknya.
Pagi itu mereka membereskan rumah. Rumah papan yang berukuran 6x4 meter, beratapkan seng yang telah bocor, dan kamar mini untuk istirahat. Sungguh sederhana. Era si kecil berusia empat tahun itu hanya mampu memungut dedaunan dan sampah plastik bekas bungkus lauk mereka di sekitar rumah. Sedangkan Agi dan Wedi menyapu dan mengatur prabot-prabot yang berantakan. “kakak, ga kerja hari ini?” Tanya Wedi sambil melipat selimutnya. “Ga…”jawabnya singkat. Hari itu Agi memang tidak diminta untuk menyuci di rumah pak Edo pengusaha kaya di kota itu.
“Hari ini kita makan apa kak?” Tanya Era sambil memegang perutnya dengan wajah penuh belas kasihan. Mendengar itu, hati Agi begitu sedih..  “Nanti kakak carikan tahu penyet ya, kamu sudah lelah sekali..” senyum Agi sambil merogoh saku celana pendeknya yang sudah usang itu dan melihat sisa duit lima ribu rupiah di kantongnya. “apa cukup ya, tempe penyet lima ribu rupiah untuk makan hari ini?” tanyanya dalam hati. Dalam sehari nasi putih dan lauk tempe penyet telah mengenyangkan mereka.  Sangat sederhana, tetapi mereka bisa lewati itu.
Keesokan harinya, Agi diminta oleh pak Edo untuk menyuci di rumahnya. Pagi itu dia tidak hanya diminta untuk menyuci, dia juga membantu membereskan rumah dan ikut membungkuskan kado natal.  Pda saat membungkus kado, Agi teringat kata-kata Wedi semalam sebelum tidur “bagaimana ya kak rasanya jika hari Natal dapat kado natal dari St.Klaus? si Era pun menjawab dengan entengnya “aku lebih senang kalau bapak memasak sup ceker ayam sebagai kado natal, aku kangen sama bapak” Agi pun tak kuasa menahan tangis, dirangkulnya kedua adiknya itu dan mencoba untuk berjanji natal besok dia akan membuat sup ceker ayam. Malam itu mereka terlarut dalam isak tangis pilu.
“Semuanya Sudah selesai dibungkus?” Agi dikagetkan dengan pertanyaan Rai anak pak Edo. “Oh ia…maaf Rai ini belum selesai semua, sebentar lagi selesai kok” jawab Agi tak mampu menyembunyikan rasa kagetnya. “Ya, makanya jangan banyak ngelamun dong, secepatnya ya biar saya bisa susun kadonya di dekat pohon natal” ungkap Rai sambil berlalu meninggalkan Agi. “Ya Tuhan, ternyata saya belum selesai juga membungkus kado-kado ini” batin Agi.
Siang itu Agi tidak dapat mengantar nasi untuk Wedi dan Era. Agi tidak dapat berkonsentrasi membungkus kado-kado itu. Dia mencemaskan keadaan keadua orang adiknya itu di rumah. Setelah semua kado selesai dibungkus Agi pun pamit pulang. namun ternyata pak Edo ke bandara menjemput saudaranya. Pak Edo menitipkan upah Agi di Rai. Betapa sedih hati Agi saat melihat bahwa upah untuk hari itu tak berbeda dengan upah pada hari-hari sebelumnya. “bagaimana saya bisa membuat sup ceker ayam kado natal untuk kedua adikku? Uang ini hanya cukup untuk membeli tempe penyet dan beras sekilo gram, ya Tuhan, saya sudah terlanjur berjanji kepada mereka”. Tanyanya dalam hati.
Dengan langkah gontai, Agi pun pulang ke rumah. Langkahnya berhenti saat melihat kerumunan orang banyak menyaksikan kejadian tabrak. “Ada apa di sana bu?” tanyanya kepada seorang ibu yang kebetulan lewat. “Itu nak, ada seorang anak kecil tertabrak mobil  saat nyebrang tadi” jawab ibu itu. Agi tak sempat mengucap terimakasih kepada ibu itu, dia pun langsung lari menuju kerumunan tersebut. 
Tangis Agi memecah saat melihat anak kecil yang tertabrak itu ialah Era. Saat itu pula mereka langsung mengantarnya ke rumah sakit. Menurut hasil pemeriksaan dokter Era harus dioperasi karena ada masalah pada otaknya akibat benturan mobil. Agi tak mampu berkata apa-apa, dia merasa bersalah karena tidak bisa menjadi kakak yang baik bagi kedua orang adiknya tercinta.
 Operasi berlangsung pukul 20.00 WITA.  Saat menunggu hasil operasi, pak Rido pemilik mobil menghampiri Agi dan Wedi dan memohon maaf. “Nak, maafkan bapak ya. Bapak tidak dapat menghindari kecelakaan tadi, bapak yang salah, bapak minta maaf ya” tutur bapak itu.  “Tapi adik saya sudah seperti ini pak, darimana saya harus mendapatkan biaya operasi adik saya?  Oh Tuhan… dosa apa lagi yang telah hamba lakukan sampai kami harus menanggung ini semua?” teriak Agi diiringi isak tangisnya. “bapak janji akan menanggung segala administrasi, asalkan adik kamu sembuh ya. Mari kita sama-sama berdoa ya nak..” jawab pak Rido sambil merangkul Agi dan Wedi yang terus tenggelam dalam kesedihan.
Operasi berjalan sukses. Malam itu dokter belum mengijinkan mereka untuk melihat  Era. Malam natal 24 Desember mereka lewatkan di rumah sakit, tak ada kado dari St.Klaus dan sup ceker ayam kesukaan mereka. Kesedihan tambah menyelimuti perasaan Agi karena dia tidak bisa membahagiakan adik-adiknya di hari yang istimewa hari kelahiran sang juru selamat dunia Yesus Kristus.
Keesokan harinya tepat pada tanggal 25 Desember,  Agi, Wedi, bapak beserta istrinya itu sudah diijinkan untuk melihat Era. Agi tak kuasa menahan tangisnya saat melihat Era tersenyum manis melihat kedatangan mereka. “Era maafkan kakak ya, kakak janji tidak akan meninggalkan kalian lagi..”isak Agi sambil mengusap wajah Era “Maafkan kakak  juga ya Era..” ucap Wedi. “Walaupun tanpa ayah dan ibu, tanpa kado natal, dan tanpa makan sup ceker ayam kita akan lewati natal ini bersama,..” tangisnya sambil memeluk Wedi dan Era.
“ada kado natalnya” ucap pak Rido. Mereka bertiga melepas rangkulan dan melihat ke ka arah pak Rido itu. “Apa bapak?” ucap mereka bersamaan. “ Mulai hari ini kalian bertiga akan tinggal di rumah saya dan akan kami angkat menjadi anak-anak kami, betul kan ma? “ melirik ke arah istrinya.  “Ya, betul. Kalian juga akan disekolahkan” ucap istrinya sambil tersenyum manis. Agi berdiri menghampiri mereka dan berkata “tapi kan…”  “Tak ada jawaban tetapi, Wedi dan Era mau kan? Tanya pak Rido. “ia kami mau..” jawab mereka serempak.  mereka akhirnya saling berangkulan dan menyampaikan salam selamat natal. Kado natal terindah dalam hidup Agi, Wedi, dan Era.

Ellshi Lisnawati Guntar
24 Desember: 23.50

Unsur-Unsur Budaya dan Tata Ruang Dalam Budaya Bali


A. BAHASA  
              Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.   

B. PENGETAHUAN 
               Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.       

C. TEKNOLOGI        
              Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.        

D. ORGANISASI SOSIAL   
a). Perkawinan      
               Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b). Kekerabatan     
               Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.    
c). Kemasyarakatan          
               Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.  

E. MATA PENCAHARIAN  
               Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan. 

Pura Tanah Lot Bali


F. RELIGI      
                Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India. Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.  Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.    

G. KESENIAN           
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.

           Nilai-nilai luhur budaya Bali, yaitu hal-hal yang dianggap baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan mencakup satu rentangan unsur-unsur abstrak (intangible culture, unsur budaya tak benda) yang terdiri dari :
1. Unsur Filosofis   
Merupakan unsur yang paling dasar dan paling abstrak, berisi hakekat dan kebenaran dasar
2. Unsur Nilai          
Merupakan unsur dasar tentang hal-hal berharga dalam kehidupan, umumnya sebagai representation collective
3. Unsur Konsep    
Merupakan unsur yang lebih instrumental dan lebih dekat ke tataran implementatif
4. Unsur Norma dan Aturan      
Merupakan unsur yang terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari dan bernilai praksis.
Dalam nilai budaya Bali terdapat konsep Bhuana Agung (makro kosmos) dan Bhuana Alit (mikro kosmos), yang selalu dijaga keselarasan keduanya. Dari dua konsep inilah di turunkan menjadi suatu pendekatan dalam tata ruang yang kemudian memberikan pengertian adanya jiwa dalam penataan ruang di Bali yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari unsur jiwa, tenaga dan fisik atau nisa dikaitkan dengan Parahyangan (hubungan antara Sang Maha Agung dengan Manusia), Pawongan (hubungan sesama manusia) dan Palemahan (hubungan antara manusia dan alam).
Landasan sistem nilai terdapat tata ruang memberikan penekanan pada makna, dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomi dibedakan atas dasar dan nilai instrumental.
  • Nilai Dasar, yang mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas (gotong royong) dan nilai keseimbangan.
  • Nilai instrumental, yang mencakup seperangkat sistem nilai yang mendukung dinamika adaptif (supel-luwes-dinamis) dan fleksibel sesuai dengan adigium desa, kala, patra.
Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola keteraturan tata ruang baik secara vertikal maupun horiontal. Dalam kebudayaan Bali, satu struktur di samping mencerminkan adanya keterbukaan yang dinamis.
Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara lain :
  • Konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Parhyangan (Tuhan, yang berkaitan dengan tempat ibadah/ tempat suci); Pawongan (Manusia, tempat aktivitas masyarakat) serta Palemahan (Lingkungan)
  • Konsep Rwa Bhineda memberikan orientasi (Luan-Teben, Kaja-Kelod) dan juga Laxokeromi (Sakral-Profan, Baik-Buruk)
  • Konsep Tri Bhuwana dan Tri Angga membberikan orientasi vertikal Bhur-Bhwah-Swah dan Uttama, Madhyama, Kanishta
  • Pola Tri Mandala yang memberikan orientasi horizontal Uttama-Madhyama-Kanishta
  • Konsep Nawa Sanga dan Padma Bhuwana memberikan kekuatan dan simbol pada struktur yang menggambarkan adanya pola struktur dan keterikatan antara komponen struktur.
  • Konsep Dinamika yaitu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan dengan ruang, diartikan selain memiliki pola dan keteraturan, juga memiliki sifat supel, luwes dan dinamis.
Arah orientasi ruang dalam skala wilayah yang lebih luas dan berkeseimbangan secara keseluruhan dalam propinsi Bali, dengan konsep arah orientasi yang berdasarkan mata angin (pengide-ider) yang bersifat universal, dan yang berdasarkan konsep segara-gunung yang bersifat lokal. Sumbu ritual timur-barat (surya-sewana) berorientasi ke arah matahari terbit dan terbenamnya matahari, dimana orientasi timur tempat matahari terbit lebih utama dari barat. Sumbe yang kedua adalah konsep sumbu natural spiritual Kaja-Kelod yang dikaitkan dengan arah orientasi kepada gunung dan lautan (Nyegara gunung, Segara-wukir), luan-teben, sekala-niskala, suci-tidak suci dan sebagainya. Segala sesuatu yang dikategorikan bersifat suci dan bernilai sakral akan menempati letak di baian Kaja (utara) mengarah ke gunung seperti : letak pura, arah sembahyang, arah tidur dan sebagainya. Sebaiknya, segala sesuatu yang dikategorikan kurang suci dan bernilai profan, akan menempati letak bagian kelod (selatan), seperti : letak kuburan, letak kandang, tempat pembuangan sampah/ kotoran,dan sebagainya bagi mereka yang tinggal di bagian Bali Selatan dan kelod berarti utara. Perbedaan ini tidak saja terbatas pada penunjukkan arah, tetapi juga dalam beberapa aspek kehidupan.
Pada bagian tengah Pulau Bali dari timur ke barat terbentang pegunungan/ perbukitan dengan puncak-puncaknya antara lain : Gunung Agung, Bunung Batur, Gunung Batukaru, yang menurut konsep diatas merupakan arah orientasi sumbu natural spiritual yang utama dari aktifitas kehidupan masyarakat Bali. Manifestasi atau kekuatan-kekuatan Tuhan (siwa) dalam mata angin (pengider-ider) yang mengambil posisi dik widik, mendasari konsep dewata bawa sanga dan dijabarkan lagi menjadi konsep eka dasa rudra. Konsep ini, disamping mendasari sumbu yang bersifat universal juga mendasari pola ruang sanga mandala. Sedangkan posisi gunung-laut, disamping mendasari sumbu linier kaja-kelod, juga mendasari pola ruang tri mandala. Dari dasar pola ruang tri mandala, dapat dijabarkan juga menjadi pola ruang sangga mandala dengan memasukkan faktor terbit matahari sebagai orientasi nilai utama sebagai pembagi masing-masing mandala dalam tri mandala menjadi tiga bagian. Pola sanga mandala yang lain didasarkan atas konsep, pengider-ider/ dewata nawa sanga. Dalam pola sanga mandala jenis ini maka mandala di tengah (madyaning madya) menjadi paling utama dan menjadi pusat orientasi.
Secara umum, konsep tata ruang tradisional Bali, orientasi sangat menentukan pnataan zoning baik lingkungan rumah banjar maupun lingkungan desa. Orientasi tradisional merupakan orientasi ruang yang dibentuk oleh tiga sumbu yaitu :
1.     Sumbu Religi, berorientasi pada lintasan terbit dan terbenamnya matahari dengan arah kangin sebagai nilai utama (arah terbitnya matahari) dan arah kauh sebagai nilai nista (arah terbenamnya matahari), sedangkan nilai Madya ada di tengahnya.
2.     Sumbu Bumi, berorientasi pada gunung dan laut. Gunung sebagai arah kaja (utara) bagi masyarakat Bali bagian selatan bernilai Utama dan laut atau arah kelod bernilai Nista sedangkan bagi masyarakat Bali utara Kelod adalah ke selatan karena pegunungan ada di tengah-tengah pulau Bali. Arah kelod adalah arah yang menuju ke laut, ke utara di Bali utara dan ke selatan di Bali selatan. Nilai utara ada di arah gunung atau kaja sedangkan nilai nista ada di daerah laut atau kelod, dengan Madya ada di tengahnya.
3.     Sumbu Kosmos, merupakan varian dari sumbu religi dan sumbu kosmos, mempunyai pengertian menek (naik) dana Tuwun (turun), dengan tiga tingkatan tata nilai yang menek (utama), tengah (Madya) dan tuwun (nista).
Ada tiga pola tata ruang permukiman tradisional religius Bali, yaitu :
1.     Pola Perempatan Agung, Pola ini terbentuk dari perpotongan sumbu Kaja dan Kelod (ke gunung dan ke laut) dan sumbu Kangin dan Kauh (arah terbit dan tenggelam matahari). Berdasarkan konsep sembilan mata angin (Nawa Sanga) maka daerah timur (kaja-Kangin) yang mengarah ke Gunung Agung diperuntukkan bagi bagian suci (Pura Desa). Pura yang berkaitan dengan kematian (Pura Dalem) dan kuburan desa berada di Barat daya yang mengarah ke laut (kelod-kauh) sedangkan permukiman berada di antara Pura Desa dan Pura Dalem.
2.     Pola Linier, pola ini, konsep sembilan pendaerahan (Nawa Sanga) tidak banyak berperan. Orientasi kosmologi lebih didomonasi oleh arah gunung dan laut (kaja-Kelod) dan sumbu terbit dan tenggelamnya matahari (kangin-kauh). Bagian ujung utara (kaja) suatu permukiman, dperuntukkan bagi Pura Desa, dan di ujung selatan (kelod) diperuntukkan bagi kuburan (Pura Dalem). Di antara batas desa utara dan selatan tersebut merupakan permukiman penduduk dan fasilitas umum berupa Bale Banjar dan Pasar. Pada umumnya pola linier ini terdapat di desa-desa pegunungan.
3.     Pola Kombinasi, merupakan perpaduan antara pola linier dengan pola perempatan agung. Pola permukimannya menggunakan Pola Perempatan Agung, sedangkan sistem peletakkan massa bangunannya mengikuti pola linier. Perumahan dan fasilitas umum terletak pada ruang terbuka yang berada di tengah-tengah permukiman, akan tetapi lokasi daerah yang bernilai utama terletak pada ujung utara (kaja) dan lokasi yang bernilai nista terletak pada ujung selatan (kelod).(Gd)

Oleh:
Gede Utama
Sasindo Unud 2007


Tajuk Rencana: Tulisan Akhir Tahun


Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Rangkaian peristiwa telah terukir dari awal hingga di penghujung tahun 2010 ini. Meski reformasi telah digulirkan lebih dari satu dasawarsa, namun ayunan bandul reformasi belum menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan bangsa dan Negara. Ranah hukum, pendidikan, politik dan ekonomi masih carut marut dan pelaksanaannya masih dikatakan setengah hati, hanya sekadar tataran retorika.
Menyedihkan lagi, proses reformasi yang telah digembor-gemborkan itu diimplementasikan dalam bentuk praktik yang sarat dengan dengan pembusukan. Seperti dari bidang politik, kesan yang dirasakan publik selama ini, hukum belum mampu memberikan rasa keadilan kepada “wong cilik”.
Hukum yang ada saat ini hanya untuk memenuhi tuntutan legal-formal, tanpa menyentuh rasa keadilan. Mereka yang berkantong tebal bisa demikian gampang “berselingkuh” melalui harta dan kekuasaannya untuk melicinkan jalan menuju drama pengadilan yang ber-ending tragis dan memilukan buat orang semacam Mbah Minah dengan tragedi kakao-nya, Kang Kholil dengan semangkanya, atau Yu Manisih dan Suratmi dengan kapuk randunya.
Sungguh kontras dengan arogansi Anggodo (melalui rekaman yang diputar di Mahkamah Konstitusi) yang diduga telah melakukan skenario busuk dengan melibatkan aparat penegak hukum untuk “berkongkalingkong” demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hukum, justru hingga kini makin tak jelas rimbanya.
Tidak hanya dari bidang politik, ekonomi pun tak luput dari proses pembusukan. Maraknya korupsi yang menggurita di berbagai lapisan dan jajaran birokrasi, telah membuat nasib hidup “wong cilik” yang sudah terjebak dalam lubang kemiskinan kian tergencet dalam kubangan derita dan nestapa.
Situasi korup seperti itu, justru ada upaya rekayasa untuk melumpuhkan peran KPK yang selama ini dikenal “galak” dalam memburu sarang koruptor. Selanjutnya kasus Bank Century yang tak kunjung selesai, dengan alasan berkelit kata, akhirnya tidak menemukan siapa pelaku dari akal busuk tersebut, masyarakat hanya dikelabui oleh janji manis semata.
Kemudian, dari segi pendidikan yang dinilai belum berhasil memanusiakan secara utuh, persoalan tersebut bertumpu pada ujian nasional (UN), sertifikasi guru, atau UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Ujian nasional yang seharusnya mampu menjadi tolok ukur dan standarisasi mutu pendidikan nasional, justru tereduksi oleh praktik-praktik kecurangan yang terus terjadi setiap tahun. UN tidak lagi sebagai budaya untuk mengapresiasikan sebagai proses atau etos kerja  keras dalam meraih sukses, yang ada hanyalah jalan pintas dan mudah meraih impian.
Selain itu, seritifikasi guru juga tidak berimbas pada kemajuan pendidikan. Hanya dengan tunjangan profesi dianggap sebagai ‘berkah’ dan sesuai dengan tuntutan serta dinamika zaman, sehingga belum diimbangi dengan etos kerja yang andal. Disisi lain, hal ini juga berakibat pada kecemburuan social di kalangan internal. Akibatnya etos kerja semakin melemah.
Persoalan-persoalan yang muncul saat ini bukanlah kejadian yang terjadi sejak awal hingga penghujung tahun 2010, namun masih menyisakan Tanya dan haru bagi kita bahwa ranah hokum, politik, ekonomi dan pendidikan masih sangat memprihatikan. Kita masih memerlukan terobosan dan gebrakan visioner yang membuat bangsa dan negara kita beradab.
Detik-detik pergantian tahun akan tiba, momen inilah bagi kita untuk refleksi budaya untuk merumuskan langkah bagi visioner guna menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik. Pergantian tahun tentu menyisakan kenangan dan optimisme untuk perubahan-perubahan dan harapan baru. Selamat Menyambut Tahun Baru 2011. (Gd/Redaksi)